Followers

Tuesday, November 16, 2010

TAYAR

Disiarkan di faridul.blogspot.com pada 23 Jun 2006 sempena pelancaran Perodua Myvi dan Proton Savvy

Pelancaran hampir serentak dua model kereta terbaru daripada dua syarikat otomobil tempatan telah mencetuskan perbualan yang hangat di kalangan masyarakat. Rata-rata kedengaran cerita mengenai keduanya, bak goreng pisang panas yang sedang hangat di pasaran. Mulalah orang melakukan perbandingan di antara Myvi sebagai karya terbaru daripada Perodua, dengan Savvy yang merupakan ‘mutiara’ terbaru karangan Proton (yang entah kenapa, mendapat publisiti yang lebih meluas berbanding Myvi. Itu pun, masih mahu menyalahkan ‘adik bonsu’ mereka, Naza).

Sebetulnya, membandingkan antara kedua ‘bayi’ baru ini adalah suatu hal yang tidak wajar; umpama membandingkan antara epal dengan oren. Ini kerana, dilihat daripada dimensinya sahaja, Myvi ternyata lebih besar berbanding Savvy dalam segenap aspek; ia 10mm lebih panjang, 22mm lebih luas serta 70mm lebih tinggi berbanding Savvy. Dari segi enjin, model Savvy 1.2 sudah barang tentu dapat mengungguli Myvi 1.0, tetapi mudah pula dipintas oleh Myvi versi 1.3.[1]

Tetapi di sebalik segala keributan dan kesibukan membandingkan antara keduanya, ada satu –barangkali- persamaan di antara kedua keluaran ini, yang bahkan satu-satunya persamaan ini (barangkali) adalah antara faktor yang bisa juga menyebabkan sang kereta mewah seperti Mercedes mahupun BMW hilang keegoan mereka, dek kerana mereka tidak lebih ‘canggih’ dan tidak lebih ‘mewah’ jika dilihat dari faktor yang satu ini. Faktor yang satu itu, ialah tayar.

Ini tekaan saya sahaja. Bahawa sehebat dan semahal manapun Perodua Myvi mahupun Proton savvy, bila kita bahaskan berkenaan tayar, ia tak lebih hebat dan lebih mewah (kalau mahal pun, lebih sedikit) daripada tayar kereta buruk Toyota Corolla 1978 –yang dalam istilah akhuna Lokman, digelar “Bat Mobile”- kepunyaan saya. Nah, dari sudut yang satu ini –barangkali- kereta buruk ala “Bat Mobile” ini bisa saja menandingi kehebatan sang Myvi dan Savvy, atau juga keangkuhan sang Mercedes. Atau, setidak-tidaknya, bentuk rupanya tidak jauh bezanya dari tayar milik si Ferrari. Sehingga dengan persamaan pada faktor yang satu ini, sekurang-kurangnya dapat mengurangkan dan melegakan kegusaran dan kesedihan pemilik kereta-kereta buruk (lama), bila aura sang kereta mewah cuba sedaya upaya menodainya.

Sehebat dan secanggih manapun tayarmu itu, lambat laun, ia tetap harus diganti, lantaran bunga-bunga yang mewarnai “taman permukaannya” haus dek kerana geserannya pada permukaan jalan. Mungkin kita akan mula bertanya, bagaimana caranya untuk kita mengelakkan bunga tayar ini daripada menjadi haus? Sehingga, dengan pemikiran sebegitu, berbagai-bagai idea dan bermacam-macam taktik yang muncul di benak pemikiran kita.

Satu caranya, yang ada terdetik di kerangka pemikiran kartun kita (termasuk saya juga), ialah dengan membungkus sang tayar itu dengan plastik ataupun kain; biar ia tidak haus tatkala sang kereta menghadapi geseran perjalanan.

Tapi, dengan hal demikian, justeru menatijahkan lebih banyak keburukan. Ini kerana, dalam kegusaran dan kesungguhan kita mengelak daripada bunga-bunga tayar menjadi haus, justeru dengan membungkusnya, akan menyebabkan sang tayar menjadi licin, lalu kalian hilang kawalan tatkala memandu kereta kalian, sehingga mempotensikan kemalangan. Kerana demi sesungguhnya, kehadiran bunga-bunga pada urat tubuh tayarmu itu, justeru memang berfungsi untuk haus. Memang bermatlamatkan menentang dan menghadapi segala macam geseran. Sudah ditakdirkan untuk sabar menempuh halangan.

Lalu, begitu jugalah dengan diri kita. Sememangnya setiap ujian dan dugaan yang kita hadapi, sememangnya harus diserap oleh “bunga tayar” kehidupan kita, barulah kisah kehidupan kita akan menjadi sempurna.

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”
(Surah al-Ankabut [29]:2-3)

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
(Surah al-Mulk [67}:2)

Saudaraku,

Bagaimana mungkin diri kita mahu mengelak daripada ujian dan dugaan, walhal hal demikian merupakan suatu keperluan dalam kehidupan. Umpama mengelak bunga tayar haus tadi, pasti menatijahkan kemalangan, lantaran bunga tayar itu memang dicipta untuk membelah badai geseran pada jalanan, sehingga memastikan keseimbangan pada pemanduan. Samalah juga kisahnya pada ujian dan dugaan kehidupan. Mengelak dari keduanya, bererti kalian menolak untuk menyempurnakan dan mematangkan kehidupan.

Maka, yang seharusnya kita lakukan, bukanlah dengan membungkus bunga tayar itu, bahkan mengoptimakan penggunaannya, dengan penuh ketelitian dan kehati-hatian (seperti tak langgar lubang, tak bawak ke jalan yang tak rata, lain sebagainya) agar setiap detik yang kalian harungi bersama-samanya, penuh dengan manfaat yang cukup bermakna. Begitulah juga dengan ujian kehidupan. Bukannya pantas kita mengeluh kesedihan, sebaliknya hadapilah dugaan itu dengan kesabaranserta kesedaran untuk kembali kepada pengharapan pada Tuhan Sang Pencipta alam.

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(Surah al-baqarah [2]:153)

Kerana ujian dan dugaan itu sememangnya suatu ketetapan dan “silibus wajib” yang pasti dihadapi oleh setiap insan di alam fana ini.

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun"”
(Surah al-Baqarah [2]:155-156)

Dengan kesabaran inilah, seorang Muslim merasa mulia dan bersih hatinya, seakan ia terbang ke langit bersama para malaikat ALLAH yang mulia, sedang para pengengkar sentiasa kegelisahan, dek kerana tidak menemukan penawar mujarab dalam menghadapi segala macam geseran. Benarlah kata Qatadah r.a; “ALLAH SWT telah menciptakan para malaikat itu akal dan tidak ada padanya syahwat, menciptakan pada binatang syahwat tanpa menyertakan akal, dan menciptakan pada manusia akal sekaligus syahwat. Barangsiapa yang akalnya bisa mengalahkan syahwatnya, ia bersama malaikat. Barangsiapa yang syahwatnya mengalahkan akalnya, tidak ada bezanya dengan binatang.”[2]

Ketika dikau tewas kepada ujian kehidupan, kebahagiaan dan ketenangan yang dikau impikan, pasti akan menemui jalan buntu, tidak seperti yang diharapkan. Lihatlah saja di sekelilingmu, masih saja ada orang yang diuji lebih hebat dari dirimu. Ada yang yatim piatu tidak seperti kalian, ada yang sekadar makan berlaukkan siput babi[3] sedang kehidupan kalian dikelilingi berlian. Ada pula yang sentiasa dianiaya sedang kalian diberikan keluasan. Namun, mereka tetap sahaja tegar bahkan raut wajah mereka berseri dengan ketenangan, tanda segala macam kepayahan berjaya diungguli dengan keredhaan. Kesabaranlah kuncinya. Redha adalah rahsianya.

Sesungguhnya jiwa manusia selalu cenderung kepada kesenangan dan kemudahan, dan benci kepada hal yang tidak disukai dan yang berat-berat. Oleh kerana itu bawalah jiwamu kepada hal yang bermanfaat sekalipun berat, sebatas kemampuanmu. Dan jinakkanlah dirimu sera pujuklah ia terhadap hal-hal yang tidak disukai tetapi baik, agar jiwamu terbiasa dengan perkara-perkara yang besar dan bersemangat untuk meraih hal-hal yang tinggi, sehingga muncul rasa antipati terhadap hal-hal yang rendah dan enggan terhadap hal-hal yang kecil.[4]

Ajarilah jiwamu untuk terbang tinggi, nescaya ia tidak akan suka dengan kerendahan. Kenalkanlah ia kepada kemuliaan, nescaya ia akan membenci kehinaan. Rasakanlah kepadanya kesenangan rohani yang besar, nescaya ia akan meremehkan kesenangan jasmani yang kecil.[5]

Sebait catatan taujih Allahyarham Ustadz Rahmat Abdullah:[6] “Setiap kita akan senantiasa diuji oleh Allah SWT pada titik-titik kelemahan kita. Orang yang lemah dalam urusan uang namun kuat terhadap fitnah jabatan dan wanita tidak akan pernah diuji dengan wanita atau jabatan. Tetapi orang yang lemah dalam urusan wanita namun kuat dalam urusan uang tidak akan pernah diuji dengan masalah keuangan. Orang yang mudah tersinggung dan mudah marah akan senantiasa dipertemukan oleh Allah dengan orang yang akan membuatnya tersinggung dan marah sampai ia bisa memperbaiki titik kelemahannya itu sehingga menjadi tidak mudah tersinggung dan tidak pemarah. "
"Orang yang selalau berlambat-lambat menghadiri liqoat (pertemuan) dakwah karena alasan 'istri, anak, mertua, tamu' akan senantiasa dipertemukan dengan perkara 'mertua datang, tamu datang silig berganti' di saat ia akan berangkat .. terus begitu sampai ia memilih prioritas bagi aktifitinya apakah kepada dakwah atau kepada perkara-perkara lain."
"Kita semua harus memahami dan mengatasi segala kelemahan diri di jalan dakwah ini. Ingatlah, mushaf Al-Quran tidak akan pernah terbang sendiri kemudian datang dan memukuli orang-orang yang bermaksiat. Tetapi kita para duat (dengan segala kelemahan sebagai manusia) yang telah mendapatkan amanah amar ma'ruf nahyi munkar."

Semoga nasehat dan arahan beliau ini terus hidup dan menjadi motivator bagi para duat untuk berjuang membela agama Allah. Memetakan kelemahan diri, berhati-hati dan memperbaikinya di jalan ALLAH ini agar mengukuhkannya dan tidak melemahkannya.

…tempiaskan kesedihanmu di dalam tahajud dan pengaduanmu pada ALLAH
gembirakanlah dirimu dengan membaca buku-buku fikrah dan harakah
agar dirimu sebati dengan perjuangan dakwah
biar keadaan menjadi payah
biar luka hatimu semakin parah
janji semangatmu tetap tidak menyerah kalah
selagi mata di tahajudmu tidak membasah
selagi tidak menempuh pengorbanan darah
selagi jasadmu tidak sepenuhnya lelah
membaja semangat membantai aroma lemah
kerana dihatimu ada satu kalimah
yang berdiri menjana hatimu dengan penuh gah

sampai ketenangan dan kedamaian menjemputmu
atau maqam sang syahid menjadi tempat tuju
kerana itulah semurni-murni habuan kurnia
“Mati itu penghapus derita dunia”[7]

 

Usahlah dirimu risau, kerana bunga pada tayarmu itu, bukanlah riba’.

 


RUJUKAN

1 New Straits Times, Wednesday June 29 2005, ruangan “Cars, bikes and trucks Quarterly Review, pg 4)
2 Jum’ah Amin Abdul Aziz, “Fiqih Dakwah”(ad-da’wah, qawa’id wa ushul), Era Intermedia (Cetakan keempat 2003), ms 98
3 Seperti kisah keluarga miskin yang disiarkan oleh TV3 dalam rancangan “Bersamamu”. Maaf, penulis tidak ingat episode mana yang menceritakan kisah keluarga miskin ini.
4 Muhammad Ahmad ar-rasyid, “Pelembut Hati” (ar-raqaiq), Robbani Press (2003), ms 76-77
5 Majalah al-Muslimun, 1/595
6 Ucapan Ustaz Rahmat Abdullah ini disampaikan pada Daurah Du'at di Sukabumi pada tahun 1990-an, seperti yang dinukilkan oleh Abu Fikar ketika mengenang pemergian Ustaz Rahmat ke rahmatullah dalam eramuslim.com
7 Puisi ini ada disiarkan di blogspot musafir fana (http://musafirfana.blogspot.com/). Terima kasih kepada moderatornya kerana sudi menyiarkan puisi ini.

 

4 comments:

  1. jadi.
    biarkan.shj.tayarnya.
    tampai.masa.
    tukar?

    ReplyDelete
  2. Salam Akhi engineer =)

    Thanks for sharing your thoughts..saya sgt terkesan bila membaca, teutamanya pada pesan Ust Rahmat Abdullah.

    Salam perkenalan,
    Mujahid Pahmi dari edinburgh

    ReplyDelete
  3. ana haru..
    sungguh pada manusia yang menggunakan akalnya, pasti ada sahaja petunjuk dan panduan dari Ilahi..
    tidak dilupakan pada tayar yg silih berganti..

    ReplyDelete
  4. Wassalam. Jazakumullah khairan akhi Amir, Mujahid Pahmi & Tuan Taufik kerana sudi berkunjung. Asalnya nak post artikel tentang "penghadaman makanan". Tapi tak sempat pulak...

    ReplyDelete